Saturday, January 6, 2007

Perjuangan UMK Lebih Berat

Perjuangan UMK Lebih Berat Cetak E-mail
Rabu, 18 Oktober 2006
BATAM (BP) - Upah Minimum Kota (UMK) Batam 2007 masih dalam pembahasan awal, namun kalangan serikat pekerja memperkirakan perjuangan kenaikan UMK 2007 jauh lebih berat ketimbang UMK 2006. Penyebabnya tak ada isu hangat yang besar pengaruhnya pada sektor tenaga kerja, seperti halnya kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir tahun 2005. Isu kenaikan tarif air tak sedahsyat kenaikan BBM.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) Kota Batam Edwin Haryono mengatakan, selain minimnya isu, beratnya perjuangan UMK disebabkan nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) bulan Oktober 2006 yang Rp1.011.000 tak berbeda dengan tahun lalu. Inflasi, katanya juga rendah, bahkan cenderung turun. Inflasi dari Januari ke September data Badan Pusat Statistik hanya sebesar 2,56 persen. “Ini menyulitkan kita dalam berjuang agar UMK 2007 naik,” kata Edwin di Kantor Wali Kota Batam, Selasa (17/10) kemarin.


Soal rencana kenaikan tarif air, katanya tak terlalu besar pengaruhnya pada pekerja, ketimbang kenaikan BBM yang berdampak pada transportasi dan sektor kelistrikan. Edwin Haryono menambahkan, pihaknya juga telah berjuang agar ATB menaikkan tarif dan masukan itu sudah diberikan SPSI sejak bulan Juni 2006. “Kalau tarif naik, kita akan tentukan sikap. Masalah air ini menyangkut hajat hidup orang banyak, makanya kita memberikan masukan agar masyarakat dan pengusaha tak kecewa dengan harga dabn layanan ATB.”Bukannnya kita pesimis, tapi keyakinan saya perjuangan kita lebih berat,” paparnya.


Sulitnya perjuangan kenaikan UMK 2007, kata Edwin, maka solusinya adalah perjuangan upah sektoral dengan meningkatkan jumlah item, tak hanya sektor industri berat dan pariwisata. “Di Sumatera Utara ada 59 item upah sektoral. Kalau Kepri baru tiga, dua di Batam dan satu di Karimun, yaitu upah pekerja granit. Harusnya juga diakomodir sektor industri garmen dan jas,” tegasnya.


Senada, Wakil Ketua Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI) Anto Sujanto juga melihat perjuangan UMK 2007 memang lebih berat, dengan kondisi KHL dan inflasi yang cenderung turun. Tapi, ia melihat isu kenaikan tarif sangat besar pengaruhnya pada pembahasan UMK. “Kita juga mencemaskan naiknya tarif air karena ini bisa menjadikan pembahasan jadi alot. Soalnya tarif air kan juga jadi indikator dalam pembahasan,” katanya.
Soal kenaikan tarif air, Anto menganggap permasalahan ini sangat serius karena dampaknya pada kenaikan barang lain pasti terjadi. “Ujung-ujungnya dalam pembahasan UMK akan alot. Dasar pembahasan tentunya pada KHL, termasuk juga inflasi, kalau tarif air naik, maka semuanya terkena. Makanya SPMI menolak rencana kenaikan tarif air,” katanya.


Pembahasan ketiga UMK 2007 berlangsung Jumat (20/10) mendatang di Kantor Wali Kota Batam. (dea)

(http://www.harianbatampos.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6258&Itemid=72)

No comments: