Wednesday, May 16, 2007

Lima Perusahaan Bakal Tutup

Lima Perusahaan Bakal Tutup PDF Cetak E-mail
Kamis, 03 Mei 2007
Gubernur Minta Manajemen Bertahan
BATAM (BP)
- Entah faktor apa yang membuat perusahaan di Batam mulai angkat kaki. Tetapi diyakini, perusahaan itu hengkang karena iklim investasi di Batam dan Kepri sudah tidak kondusif. Belum lagi ditambah dengan sistem birokrasi pemerintah yang berbelit-belit.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepulauan Riau (Kepri), Abidin Hasibuan menyatakan saat ini akan menyusul lima perusahaan lagi di Batam yang akan tutup.


Kondisi lima perusahaan itu, kata Abidin, sudah memprihatinkan. ”Mereka seperti ikan yang kekurangan air. Dan kondisinya tinggal menunggu ajal saja,” ujar Abidin di Hotel Novotel Batam, Selasa (2/5) lalu.
Menurut Bos PT Sat Nusa Persada ini, lima perusahaan yang akan tutup ini memiliki jumlah karyawan sebanyak 7.000 orang. ”Perusahaan itu sulit untuk bertahan lagi. Saat ini perusahaan tersebut hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Apindo sebagai asosiasi pengusaha tak bisa berbuat banyak dengan keinginan perusahaan itu untuk tutup. Inikan sebagai pertanda iklim investasi di Batam dan Kepri kurang kondusif,” jelas Abidin.


Dia menambahkan, sistem birokrasi pemerintah saat ini sangat ditakutkan pengusaha. ”Pemerintah harusnya cepat memperbaiki sistem. Entah faktor apa yang membuat perusahaan di Batam mulai angkat kaki. Tetapi diyakini, perusahaan itu hengkang karena iklim investasi di Batam dan Kepri sudah tidak kondusif. Belum lagi ditambah dengan sistem birokrasi pemerintah yang berbelit-belit.


Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kepulauan Riau (Kepri), Abidin Hasibuan menyatakan saat ini akan menyusul lima perusahaan lagi di Batam yang akan tutup.


Kondisi lima perusahaan itu, kata Abidin, sudah memprihatinkan. ”Mereka seperti ikan yang kekurangan air. Dan kondisinya tinggal menunggu ajal saja,” ujar Abidin di Hotel Novotel Batam, Selasa (2/5) lalu.
Menurut Bos PT Sat Nusa Persada ini, lima perusahaan yang akan tutup ini memiliki jumlah karyawan sebanyak 7.000 orang. ”Perusahaan itu sulit untuk bertahan lagi. Saat ini perusahaan tersebut hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja. Apindo sebagai asosiasi pengusaha tak bisa berbuat banyak dengan keinginan perusahaan itu untuk tutup. Inikan sebagai pertanda iklim investasi di Batam dan Kepri kurang kondusif,” jelas Abidin.


Dia menambahkan, sistem birokrasi pemerintah saat ini sangat ditakutkan pengusaha. ”Pemerintah harusnya cepat memperbaiki sistem. Ada penilaian pengusaha, sistem birokrasi saat ini membuat pengusaha terpaksa melakukan korupsi. Bukan hanya itu, biaya produksi juga menjadi meningkat.

Dengan meningkatkanya biaya produksi, daya saing perusahaan di Batam juga menjadi lemah. Order produk jadi berkurang. Ini persoalan yang sangat nyata dihadapi pengusaha,” katanya.


Belum lagi setiap tahun, pengusaha dipaksa menaikan upah minimum kota dan provinsi. ”Padahal kondisi perusahaan masih belum stabil. Tapi dipaksa menaikkan upah. Dan kejadian ini terus ada setiap tahun dan sangat memberatkan dunia usaha, “ kata Abidin.


Gubernur Kepri Ismeth Abdullah ketika ditanya persoalan ini belum mengetahuinya. Dia baru tahu dari wartawan. Namun dia berharap perusahaan yang akan tutup itu jangan melakukan kebijakan terburuk itu.


”Kita minta Pemerintah Kota Batam cepat menyikapinya. Dan saya berharap perusahaan itu tidak tutuplah,” imbuh Ismeth kepada Batam Pos, Selasa (2/5).


Sedangkan menurut Kepala Badan Promosi dan Investasi Kepri, M Taufik, dia sudah mengetahui rencana tutupnya lima perusahaan tersebut. “Kita juga tidak mengetahui persoalan mereka hingga mau menutup usahannya. Karena sampai saat ini belum ada laporan.,” kata Taufik.


Memang banyak perusahaan mengeluhkan biaya upah buruh di Batam cukup tinggi. Membuat daya saing produk yang mereka hasilkan kalah dibandingkan dengan produk industri dari negara lain.
”Dan kita akui, Kepri dan Indonesia masih tertinggal untuk daya saing dibandingkan negara lain,” jelas Taufik.


Di Batam setiap ada kenaikan harga kebutuhan pokok, pasti upah juga ikut naik. Sehingga, kata Taufik, adanya kenaikan upah sangat memberatkan dunia usaha.


”Di China, pemerintah menjaga agar harga kebutuhan pokok dan biaya produksi sektor usaha itu tetap stabil. Dan ini belum dilakukan oleh pemerintah kita. Dengan harga stabil, maka kenaikan upah tidak mengalami setiap tahun. Dan di China tak mengenal karyawan permanen. Itu yang membuat perusahaan berlomba-lomba ke China,” katanya.


Menanggapi adanya perusahaan yang akan tutup itu, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kota Batam Syamsul Bahrum belum menerima laporan. Dia mengatakan, banyak faktor yang mengakibatkan suatu usaha bisa tutup. ”Jadi faktor permasalahan itu harus dicarikan jalan keluar. Pemerintah telah berupaya untuk memperbaiki sistem birokrasi. Dan diyakini,sistem saat ini jauh lebih baik,” kata Syamsul.


Batam saat ini masih menarik. Dan banyak juga investor yang akan menanamkan modalnya,tambah dia.

Bermasalah Ada, Tapi Hengkang Tidak
Menanggapi informasi bakal hengkangnya lima perusahaan lagi, Ketua OB Mustofa Wijaya mengatakan isu itu selalu ada namun sampai saat ini belum ada investor yang menyatakan akan hengkang.
Mustofa yang ditemui usai penandatanganan kerja sama dengan PT Pos Indonesia (Persero) menegaskan, perusahaan yang bermasalah memang ada, tapi tidak ada yang mau hengkang.

”Bermasalah ada, tapi belum tentu hengkang,” katanya di lantai delapan kantor OB, kemarin.
Ia melanjutkan, kabar akan hengkangnya satu perusahaan pasti selalu ada. Tapi jika hanya sebatas rumor, katanya, tidak perlu diributkan. Sejauh ini, ungkap Mustofa, tidak ada laporan resmi akan adanya perusahaan yang mau pindah.


”Laporan resmi tidak ada. Tapi berita (hengkang) itu benar atau tidak, saya tidak tahu. Ini kan hanya rumor saja,” ujarnya.


”Kalau satu perusahaan memang harus pergi ya tidak apa-apa. Tapi kalau tidak pergi tapi diberitakan akan pergi kan merugikan,”tambahnya.Sebaliknya, lanjut Mustofa, pihaknya akan terus meningkatkan diri, meningkatkan pelayanan dan kenyamanan untuk menarik investor. Hal itu, katanya, banyak dilakukan negara lain sehingga investor terus berdatangan.

Banyak Pengusaha Kalah di PHI
Selain soal bakal tutupnya perusahaan, Abidin yang ditemui usai menutup Workshop Beracara di Pengadilan Hubungan Industrial di Daerah, di Hotel Novotel Batam, kemarin, juga menyinggung soal banyak pengusaha yang mengalami kekalahan ketika terjadi perselisihan dengan karyawannya di Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Tanjungpinang, karena tidak mendapat advokasi sebelumnya.


Disebutkan hampir setahun ini kasus perselisihan antara perusahaan dan karyawan yang masuk ke PHI Tanjungpinang sebanyak 70 kasus. Mayoritas kasus dari Batam. Lalu ada puluhan yang kemudian kalah.
”Pengusaha ada yang kalah dalam PHI karena tidak pernah konsultasi dengan Apindo. Padahal kita selalu advokasi. Memang tidak seratus persen yang konsultasi dengan Apindo akan menang, tapi setidaknya ada harapan, punya harapanlah,” jelas Abidin.


”Tidak harus masuk Apindo. Tidak ada undang-undang yang menyebut harus masuk Apindo. Tidak ada bahasa yang menyatakan harus. Kalau harus, itu arogansi. Tapi dibelakang kata harus itu. Bila tidak masuk Apindo, risikonya kalah di PHI,” tambahnya.


Abidin lebih lanjut mengatakan, pengusaha yang kalah ini memang kebanyakan bukan anggota Apindo. Olehnya itu ia menghimbau agar para pengusaha yang belum bergabung dengan Apindo agar segera bergabung. Bila bergabung dengan Apindo, katanya, akan ada bantuan advokasi bila terjadi masalah hubungan industrial.


”Kalau sudah bergabung dengan Apindo, tolong konsultasi dengan kita. Tapi yang terkait dengan masalah hubungan industrial. Jangan sungkan-sungkan,” imbau Abidin.


Dengan demikian, Apindo bisa mengentahui dan mencari bukti otentik apa yang sebenarnya terjadi di perusahaan. Apindo juga perlu melihat permasalahan sebelum mengambil tindakan. ‘’Jangan sampai perbuatan melanggar hukum pun baru kita membela,” katanya.(uma)

No comments: