Sunday, February 11, 2007

Bos Livatech Tak Mau Bayar Gaji

Lagi-lagi buruh menjadi korban pengusaha yang tak bertanggungjawab.
Setelah pemilik perusahaan PT. Singacom -sebuah perusahaan elektronik di kawasan industri Batamindo- beberapa tahun lalu pergi begitu saja dengan menelantarkan ratusan pekerjanya dan menyisakan berbagai persoalan perburuhan, kini pemilik PT. Livatech yang melakukannya.
Merasa usahanya bakalan rugi, seorang pengusaha dengan enaknya bisa pergi begitu saja tanpa menyelesaikan kewajiban-kewajibannya. Inilah gambaran satu sisi dunia investasi di Indonesia.
Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Dan kalau pemerintah tak mau berbuat apa-apa, bahkan tak mampu berbuat apa-apa sebagaimana kasus sebelumnya, apa yang mesti diperbuat oleh pekerja?
Duh Gusti...

=============================
07 Februari 2007
* Karyawan Diminta Jual Aset Perusahaan
* Jackson Goh Sudah Berada di Singapura


Batam, Tribun - Bos PT Livatech Elektronik Indonesia benar-benar tidak bertanggungjawab. Setelah menelantarkan 1.300 karyawan permanennya selama dua pekan, kini bos perusahaan PMA (penanaman modal asing) Goh Singhing alias Jackson Goh, tidak mau membayar gaji para karyawan satu bulan terakhir.

Para karyawan dipersilakan menjual aset perusahaan untuk menutupi utang gaji tersebut. Pernyataan ini dilontarkan pemilik PT Livatech Goh Singhing alias Jackson Goh ketika bertemu dengan perwakilan karyawan di Pelabuhan Harbour Front Singapura, Selasa (6/2) siang waktu Singapura.

Gufron Wiguna, Manager Personalia PT Livatech yang ikut dalam pertemuan tersebut menceritakan, seluruh perwakilan pekerja termasuk dirinya sangat kecewa dengan sikap Jackson Goh. Dalam pertemuan itu, terang Gufron, Jackson Goh yang didampingi pengacaranya menyatakan bahwa PT Livatech Elektronik Indonesia yang beroperasi di Kara Industrial Estate Lot A 8 No 72-80 Batam Centre, bangkrut dan tutup.

"Jackson Goh menyatakan perusahaan bangkrut dan ditutup. Karena itu dia bilang tidak bisa membayar gaji karyawan satu bulan terakhir, apalagi memberikan pesangon. Kami (karyawan) dipersilakan menjual aset-aset perusahaan. Dia juga mengatakan tidak mau datang lagi ke Batam,"ungkap Gufron pada Tribun sepulang dari Singapura, Selasa (6/2) sore. "Kami sangat sesalkan mengapa Pak Goh bersikap seperti itu dan tidak mau datang lagi ke Batam untuk menyelesaikan masalah ini,"tambah Gufron lagi.

Dari data yang disampaikan Gufron, perusahaan memang memiliki beberapa aset. Diantaranya, 17 unit mesin SMT tapi dua diantaranya sudah diagunkan, 14 unit bangunan pabrik (12 adalah milik perusahaan dan 2 unit sewa), dan 3 unit rumah (mes) karyawan di Perumahan Duta Mas Blok 08 nomor 13-15. Dalam pertemuan itu, selain Gufron, para karyawan diwakili juga diwakili pengurus Serikat Pekerja Metal Indonesia (SPMI) PUK PT Livatech, diantaranya Dody Irawan, Suwartun, dan Parmo.

Sepulang dari pertemuan tersebut, kemarin sore, Dody dan kawan-kawan langsung mengadakan rapat dengan pengurus SPMI PUK PT Livatech dan ratusan karyawan lainnya yang telah berkumpul di depan pabrik dari pagi hari. Ketua SPMI PUK PT Livatech, Jhon Mauritz Silaban, memaparkan hasil rapat tersebut. "Dari laporan perwakilan kami dalam pertemuan dengan Pak Goh, Pak Goh meminta maaf atas situasi yang ada saat ini dan harus meninggalkan Livatech. Dia mengatakan tidak dapat membayar gaji kami satu bulan terakhir."

Jhon menambahkan,"Gaji memang tidak akan dibayar Goh Singhing, tetapi dia berjanji akan memberikan pasangon yang besarnya belum ditentukan. Dia juga berjanji akan membentuk tim untuk menyelesaikan masalah pesangon ini."

Kapan tim tersebut akan dibentuk ? Tak seorang pun dari perwakilan pekerja yang bertemu Jackson Goh mengetahuinya, karena warga negara Malaysia itu memang tidak menjanjikannya.

Dengan demikian, harapan 1.300 karyawan permanen PT Livatech yang sangat menginginkan bayaran hasil kerja keras sebulan ini, pupus sudah. Tanggal 9 dan 10 yang biasanya menjadi hari paling ditunggu, untuk Februari ini merupakan hari yang kelam. Jhon menceritakan, dalam pertemuan di Singapura, Jackson Goh sempat menceritakan penyebab tutupnya Livatech. Yaitu dikarenakan terus menurunnya order dari perusahaan Singapura bernama PT SIMM yang selama ini memberikan project kepada Livatech.

"SIMM adalah perusahaan yang memberikan project utama kepada Livatech. Ketika SIMM memutuskan untuk mengurangi order bahkan menghentikan order ke Livatech, perusahaan memang goyang dan bangkrut,"ujar Jhon.

Jika para karyawan masih bertahan menunggui pabrik, tidak demikian dengan karyawan yang berasal dari Malaysia. Menurut Jhon, ada beberapa top managemen yang memang diduduki warga negara Malaysia, yakni 4 orang manager produksi, 1 orang Manager Akuntansi, dan 1 orang Manager Pabrik. Semua manager berkebangsaan Malaysia itu sudah meninggalkan pabrik sejak tiga hari lalu. (nix)

No comments: